9 Gejala Epilepsi dan Metode Diagnosanya

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Epilepsi adalah sebuah kondisi yang kita kenal juga dengan istilah ayan di mana tubuh seseorang dengan gangguan ini akan cenderung kejang-kejang. Sebagai bagian dari kesehatan sistem saraf otak, ada sel-sel saraf atau neutron yang fungsinya mengatur gerak tubuh, kemampuan berpikir, kesadaran, serta sistem panca indera manusia. Impuls listrik adalah yang digunakan agar setiap sel saraf bisa melakukan komunikasi satu sama lain.

Kejang pada tubuh dapat terjadi ketika ada gangguan pada impuls listrik dan akhirnya gerakan tubuh pun tak bisa dikendalikan, begitu juga perilaku penderitanya. Usia berapapun dapat menderita epilepsi, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, namun pada umumnya epilepsi menyerang ketika seseorang masih anak-anak. Simak apa saja gejala epilepsi yang perlu Anda waspadai.

(Baca juga: penyebab epilepsi – penyebab badan bergerak sendiri saat tidur)

1. Kedutan

Kondisi satu ini termasuk gejala awal epilepsi dan biasanya kedutan ini bisa dialami anak-anak dan bersifat lokal. Kedutan tak akan terjadi pada seluruh bagian tubuh, namun hanya di bagian tertentu, seperti misalnya mulai pada satu jari, atau telapak tangan. Namun ada kemungkinan kedutan menyebar ke anggota tubuh lainnya.

Mulai dari satu bagian, kedutan berpotensi menyebar ke separuh tubuh atau bagian menjalar sampai ke seluruh tubuh Anda. Pada anak-anak, biasanya gejala ini terjadi meski mereka dalam keadaan sadar. Namun pada beberapa kasus, ada juga anak yang mengalami hal ini dalam keadaan tidak sadar.

(Baca juga: penyebab epilepsi pada orang dewasa)

2. Tatapan Mata Kosong

Sebelum pada tahap kejang, biasanya seseorang akan memiliki tatapan mata yang kosong dan ini juga biasanya terjadi pada anak-anak. Bila penderita sedang melakukan kegiatannya seperti biasa namun tiba-tiba menghentikannya dan wajah tampak seperti melamun, ini bisa saja gejala epilepsi. Ketika seseorang tiba-tiba diam dan menatap Anda dengan tatapan kosong, ini patut dicurigai karena orang tersebut kemungkinan besar menderita epilepsi.

3. Kejang Parsial

Gejala awal dari epilepsi adalah timbulnya kejang pada tubuh dan ini hanya parsial dan artinya gangguan terjadi pada sebagian otak saja. Itu tandanya, kejang tak sampai dirasakan dan dialami seluruh tubuh. Untuk pengalaman kejang parsial, gejala ini tak akan membuat kesadaran penderitanya hilang.

Hanya saja kejang akan terjadi di bagian tubuh tertentu ditentukan oleh bagian otak sebelah mana yang terganggu. Bila fungsi otak yang mengatur gerakan kaki atau tanganlah yang terkena gangguan, maka kaki dan tangan sajalah yang akan mengalami kejang. Sementara bila epilepsi menyerang otak sebagai pengatur fungsi indera, akan ada perubahan pada cara kerja indera.

Ketika epilepsi menyerang bagian otak pengatur indera, indera penciuman, pendengaran, pengecap, serta penglihatan otomatis akan mengalami perubahan dan gangguan. Keadaan mental seseorang juga dapat dipengaruhi oleh kejang parsial ini, seperti seseorang tersebut mulai bingung. Atau bahkan pada beberapa kasus, penderita akan mengalami setengah sadar di mana kejang ini disebut dengan istilah kejang focal kompleks. Kejang jenis ini pun mampu membuat penderitanya mengalami perubahan secara emosi, seperti contohnya bisa takut atau gembira secara mendadak.

(Baca juga: kejang-kejang saat tidur)

4. Kejang Total

Bicara soal ciri-ciri epilepsi, yang paling utama sebenarnya adalah kejang-kejang, namun seseorang dengan kondisi tubuh kejang tidaklah selalu menandakan dirinya mengidap epilepsi. Kejang total bisa terjadi pada seseorang dan setelah beberapa kali kejang, maka akan dengan mudah untuk mendiagnosa orang tersebut memang menderita epilepsi.

Jenis kejang total termasuk pada jenis kejang yang terparah karena gejala awal saja sudah akan membuat penderitanya jatuh dan membuatnya hilang kesadaran. Kejang total akan terjadi sekitar 2-5 menit dan ketika berlangsung, tubuh penderita bakal bergetar sekaligus kaku tanpa bisa dikendalikan dengan mudah. Ketika kejang sudah selesai atau berakhir, penderita pun akan lupa apa yang sudah dialaminya; ia tak sadar sama sekali tentang kejang-kejang pada tubuhnya sendiri. Sebelum sampai pada komplikasi atau bahaya epilepsi, harus ada pertolongan medis secara cepat.

5. Kandung Kemih Tak Terkontrol

Saat seseorang berada pada tahap kejang total, maka tak hanya tubuh menjadi kaku serta bergetar tidak karuan dan sulit untuk dikendalikan. Parahnya, kandung kemih pun akan kehilangan kendali yang akan merepotkan penderitanya. Ketika kandung kemih kehilangan kontrol, otomatis mengompol pun menjadi akibatnya, atau bisa juga didefinisikan sebagai keluarnya air seni secara tidak disadari. Jika mengalami hal ini, diharapkan penderita segera memeriksakan diri atau orang di sekitarnya membawa ke rumah sakit langsung.

(Baca juga: bahaya infeksi saluran kencing)

6. Bola Mata Memutar

Perubahan arah bola mata dapat terjadi selama proses kejang dan ini juga termasuk di dalam gejala epilepsi yang cukup mengagetkan orang-orang yang ada di sekitar penderita. Bola mata biasanya akan berputar ke belakang sehingga yang ada hanya bagian putih mata saja yang nampak. Meski ini gejala awal, epilepsi tetaplah salah satu dari jenis-jenis penyakit saraf yang perlu untuk diatasi dengan cepat.

7. Keluar Air Liur

Air liur yang keluar ini bisa juga bersamaan dengan bola mata yang berputar ke belakang tadi. Kemunculan kondisi keluarnya air liur juga terjadi di saat kejang berlangsung, terutama kejang total. Bila mengalami hal ini memang ada baiknya untuk secepatnya mendapat bantuan ahli medis untuk supaya penanganan terbaik bisa didapat.

(Baca juga: penyebab mulut terasa pahit)

8. Otot Tubuh Melemah

Kejang-kejang bukanlah kondisi yang mudah karena tanpa penderitanya sadari pun, tubuh akan mengeluarkan banyak tenaga karena tubuh bergerak secara tak terkendali. Tubuh menjadi lemas dan otot-otot pun menjadi lemah disertai rasa sakit. Ini semua efek dari terjadinya kejang, khususnya kejang total, jadi setelah berakhir tubuh akan menerima dampaknya. Hal ini jugalah yang kemudian menjadi penyebab penderita bisa tertidur dengan waktu lama.

9. Aura

Mungkin gejala satu ini agaknya kurang begitu terdengar atau mudah dipahami. Aura ini sendiri kerap dianggap sebagai ciri atau gejala awal epilepsi yang terjadi pada anak. Sesaat sebelum kejang terjadi, biasanya aura akan muncul dan mampu memicu rasa sakit pada penderitanya tanpa ada faktor yang jelas. Penderita bahkan bisa mendengar bisikan atau suara yang tak nyata, serta menghirup aroma yang sumbernya pun tak diketahui secara tiba-tiba dan ia pun tak menyadarinya.

(Baca juga: penyebab epilepsi kambuh)

Metode Diagnosa Epilepsi

Setelah gejala-gejala tampak, menempuh metode diagnosa adalah langkah yang perlu diambil selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa langkah yang akan ditempuh pasien ketika memutuskan untuk mendapatkan hasil diagnosa dari gejala yang sudah dialami,

  • Pertanyaan Seputar Riwayat Kesehatan. Seperti pada kasus gangguan kesehatan lainnya, dokter di awal diagnosa akan bertanya lebih dulu kepada pasiennya. Hal yang ditanyakan tentunya tak jauh-jauh dari riwayat kesehatan serta tak ketinggalan bagaimana pola hidup si pasien. Tanda-tanda kejang pun yang dialami pasien juga bakal ditanyakan, maka memang perlu pendampingan oleh orang terdekat (dalam hal ini biasanya adalah keluarga) karena biasanya orang yang mengalami kejang total tidak ingat sama sekali tentang proses kejang tersebut.
  • Tes Pencitraan. Setelah pemeriksaan dengan menanyakan riwayat kesehatan, akan ada tes pencitraan yang perlu ditempuh oleh pasien apabila diagnosa epilepsi belum bisa dilakukan. Tes pencitraan resonansi magnetik atau MRI scan adalah salah satunya di mana akan terdeteksi ada tidaknya kelainan maupun cedera pada bagian otak yang diperkirakan sebagai pemicu kejang.
  • EEG atau Tes Electroencephalogram. Tes semacam ini juga kiranya diperlukan oleh pasien karena ini adalah tes yang akan mengetahui ada tidaknya gangguan yang dialami impuls dalam otak. Bila aktivitas elektrik pada otak terganggu, kejang pun dapat terjadi dengan mudah, maka tes ini dibutuhkan untuk memastikan.

(Baca juga: pengobatan epilepsi)

Dari serangkaian gejala epilepsi yang sudah dijabarkan, berikut juga metode diagnosa umum yang perlu pasien tempuh, penanganan epilepsi terbaik dapat dokter tentukan. Maka ketika orang terdekat Anda atau Anda sendiri sudah mulai merasakan ada yang ganjil dan pernah mengalami kejang, jangan tunda untuk proses diagnosa supaya jelas dari awal.

fbWhatsappTwitterLinkedIn