Disartria – Penyebab, Gejala, Diagnosa dan Pengobatan

√ Verified Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Mungkin istilah disartria belum terlalu kita kenal, namun disartria ini merupakan sebuah kondisi otot-otot aktif pada tubuh manusia yang mengalami kelemahan dan bahkan sulit dikendalikan. Otot-otot yang dimaksud adalah otot yang selalu dalam keadaan aktif ketika kita berbicara, yakni otot pita suara, otot lidah dan juga otot bibir. Kelemahan pada otot-otot itulah yang dinamakan disartria.

Baca juga:

Penyebab Disartria

Segala kondisi penyakit tentu selalu memiliki penyebab atau paling tidak faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit tersebut. Untuk kasus disartria di mana penderitanya sulit ketika harus menggerakkan otot-otot mulut maupun juga bagian sistem pernapasannya sehingga tak mampu mengendalikan kemampuan bicara, berikut ini adalah segala kemungkinan penyebabnya:

Namun tak hanya faktor-faktor itu saja yang bisa menyebabkan kondisi seseorang mengalami kesulitan pengendalian otot wajah. Berikut adalah sejumlah faktor risiko yang perlu juga diperhatikan dan diwaspadai karena mampu meningkatkan potensi disartria pada seseorang walau tak memiliki riwayat penyakit-penyakit seperti di atas.

  • Efek samping obat tertentu di mana kinerja dari obat tersebut berpengaruh pada sistem saraf pusat. Contoh paling umum adalah obat terlarang atau narkotika serta obat penenang yang mampu meningkatkan potensi terserang disartria.
  • Ketergantungan atau penyalahgunaan konsumsi alkohol.
  • Usia lanjut.

(Baca juga: jenis-jenis penyakit sarafkesehatan sistem saraf otak)

Gejala dan Metode Diagnosa Disartria

Pada kondisi kesehatan seperti disartria, ada gejala-gejala khusus yang akan nampak pada penderitanya sehingga memang akan lebih mudah untuk menanganinya secara dini. Gejala sendiri merupakan penyimpangan dari kenormalan fungsi tubuh dan biasanya menunjukkan ketidakwajaran pada kondisi penderita.

Ada beberapa hal atau kondisi umum yang dirasakan dan dikeluhkan oleh para penderita disartria, yaitu seperti:

  • Keanehan pada volume bicara.
  • Sulit mengunyah.
  • Sulit menelan atau yang kita sebut dengan kondisi disfagia.
  • Air liur mudah keluar yang disebabkan oleh disfagia tadi.
  • Sulit ketika menggerakkan lidah.
  • Sulit menggerakkan otot-otot sekitar wajah.
  • Tegang saat bicara.
  • Sengau saat bicara.
  • Serak saat bicara.
  • Ketidaknormalan pada irama bicara.
  • Nada bicara mendadak monoton.
  • Bicara cenderung melantur.
  • Bicara menjadi lebih lambat.
  • Bicara terlalu cepat sehingga orang yang diajak bicara pun kesulitan mengerti apa yang dimaksud.
  • Bicara dengan cadel.
  • Volume bicara sangat kecil dan tak bisa lebih keras dari berbisik.
  • Volume bicara sangat keras dan malah terlalu keras sehingga cukup membuat orang yang diajak bicara merasa tak nyaman.

Mungkin setelah mengintip beberapa gejala tersebut, Anda pun menjadi bertanya-tanya, jadi sebaiknya kapan harus memeriksakan diri ke dokter. Disartria pada dasarnya bisa menjadi tanda sebuah penyakit serius.

Menemui dokter ketika gejala awal sudah kelihatan dan dirasakan adalah keputusan terbaik. Pemeriksaan dini akan membuat penyebabnya juga terdeteksi secara dini sehingga pengobatan pun dapat dilakukan dengan lebih mudah. Temui dokter apabila terjadi perubahan cara dan kemampuan bicara secara mendadak pada diri Anda, dan berikut ini merupakan metode diagnosa yang bisa ditempuh:

  • Pemeriksaan Saraf dan Otak – Metode diagnosa ini sangat diperlukan oleh penderita karena metode ini akan menolong proses pemetaan sumber penyebab dari keluhan-keluhan yang terjadi.
  • Tes Pencitraan – CT atau MRI scan adalah contoh dari tes pencitraan yang perlu ditempuh penderita. Dokter akan meminta Anda melakukan ini setelah menceritakan segala keluhan yang terjadi supaya dokter mampu memperoleh gambaran dari kepala, otak serta leher penderita secara mendetil. Dari tes pencitraan ini, biasanya dokter akan kemudian bisa lebih mudah dalam proses identifikasi gangguan bicara penderita.
  • Spinal Tap – Metode pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter dengan mengambil sampel cairan otak penderita dan kemudian lanjut menelitinya di laboratorium.
  • Tes Darah dan Urine – Tes semacam ini juga akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien supaya lebih gampang dalam mengidentifikasi adanya kondisi kesehatan yang menyebabkan peradangan atau infeksi. Dari metode diagnosa ini, dokter biasanya juga akan terbantu dalam proses identifikasi penyebab dari disartria itu sendiri.
  • Pemeriksaan Neuropsikologis – Metode pemeriksaan satu ini juga kiranya perlu ditempuh penderita disartria karena tujuan dan fungsi utamanya adalah sebagai pengukur kemampuan berpikir pasien dan juga kemampuan pemahaman bacaan, kata, serta tulisan. Sejumlah pemicu disartria dapat berpengaruh dalam hal kemampuan berpikir serta pemahaman penderita akan kata maupun tulisan dalam sebuah bacaan.
  • Biopsi Otak – Dokter kiranya turut menyarankan pasien untuk menempuh jalur biopsi otak sebagai salah satu metode pemeriksaan apabila memang ada kecurigaan tumor otak yang menjadi faktor risiko disartria pada penderita. Pada biopsi otak ini, pengambilan sampel jaringan otak penderita akan dilakukan oleh dokter dan kemudian dokter bakal mengujinya di laboratorium.

(Baca juga: pengaruh alkohol terhadap sistem saraf manusia tangan bergerak sendiri)

Pengobatan Disartria

Dalam hal mengobati disartria, faktor-faktor seperti tingkat keparahan keluhan yang diderita pasien dan juga penyebab pasti dari disartria sangat menentukan supaya pengobatan bisa dilakukan sesuai faktor tersebut. Pengobatan juga hendaknya didasarkan pada jenis disartria yang penderita alami supaya kondisi tubuh bisa jauh lebih baik secara sempurna.

Fokus dokter biasanya berada pada penanganan untuk penyebab gejala dan juga membantu agar kemampuan bicara pasien bisa kembali seperti semula. Apabila obat reseplah yang menjadi penyebab disartria, maka jangan ragu untuk segera mengonsultasikan hal ini dengan dokter. Pasien kiranya perlu menghentikan konsumsi obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

  1. Terapi Wicara

Dalam mengembalikan kemampuan bicara supaya normal lagi, penderita disartria kiranya perlu mengikuti terapi wicara. Terapi ini berguna dalam membuat komunikasi kembali meningkat dan untuk itu pasien perlu juga untuk datang ke ahli patologi wicara-bahasa agar tingkat keparahan dari sulitnya bicara pasien bisa ditentukan. Dengan bantuan ahli patologi jugalah, rencana perawatan peningkatan kemampuan bicara bisa dikembangkan dan penderita pun dapat mengatasinya nanti.

Tujuan dari terapi wicara antara lain adalah:

  • Membuat otot area mulut dan wajah lebih kuat.
  • Menyesuaikan kecepatan bicara.
  • Membuat artikulasi bicara meningkat.
  • Membantu peningkatan dukungan sistem pernapasan.
  • Membantu agar orang lain yang menjadi lawan bicara pasien bisa mengerti dan paham apa yang pasien bicarakan.
  1. Ahli Patologi Bahasa Pidato

Ahli patologi bahasa pidato pun dapat didatangi oleh pasien karena ahli ini pun dapat memberikan rekomendasi komunikasi lain meliputi augmentatif serta sistem komunikasi alternatif. Kedua rekomendasi tersebut menjadi hal yang bertujuan membantu pasien dalam meningkatkan komunikasi dengan orang sekitar apabila memang terapi wicara dan bahasa kurang begitu efektif dan seakan tak ada hasilnya.

Metode komunikasi yang disarankan oleh ahli patologi bahasa ini biasanya meliputi isyarat visual, papan alfabet, gerak tubuh, atau juga bisa termasuk teknilogi berbasis komputer. Metode pengobatan inilah yang rata-rata dibutuhkan oleh para penderita disartria agar bisa mengembalikan kekuatan otot dan kemampuan bicaranya.

Tips Berkomunikasi untuk Penderita Disartria

Ketika kemampuan bicara kurang begitu baik karena disartria, jangan putus asa lebih dulu karena Anda masih bisa melatihnya agar kembali normal. Dalam membantu Anda berkomunikasi dengan lawan bicara secara lebih efektif, maka berikut ini adalah sedikit tips yang bisa diperhatikan dan dicoba.

  • Mulailah bicara secara pelan-pelan saja.
  • Mulailah dengan perkenalan topik menggunakan satu kata atau frase yang sangat singkat sebelum bicara mengeluarkan kalimat-kalimat panjang.
  • Jangan ragu untuk meminta lawan bicara atau pendengar untuk mengonfirmasi apa yang dia telah dengar dari Anda di mana ini adalah pengukuran pemahaman.
  • Jangan takut untuk mempersingkat pembicaraan apabila Anda merasa lelah. Ini karena pembicaraan menjadi lebih sulit dipahami lawan bicara ketika pembicaranya lelah.
  • Siapkan dan selalu bawa alat pendukung dalam berkomunikasi, seperti halnya kertas dan pensil/pulpen. Dengan begini, Anda tak perlu cemas atau panik ketika lawan bicara tak juga paham apa yang dibicarakan oleh Anda. Tinggal tulis saja di atas kertas tersebut apa yang perlu Anda sampaikan.
  • Pakai isyarat apabila memang dibutuhkan ketika melakukan komunikasi. Tak masalah untuk memakai diagram, fotor atau gambar ketika sedang bercakap-cakap dengan orang lain sehingga tak usah bicara secara penuh. Penyampaian pesan yang kelihatannya sulit bagi Anda bisa dilakukan juga cukup dengan menunjuk ke arah obyek tertentu.

Tips bagi Keluarga Penderita Disartria

Mungkin Anda bukan penderita disartria, melainkan keluarga dari penderita penyakit ini. Untuk membantu perawatan dan pemulihan penderita, peran anggota keluarga juga sangat penting dan berikut adalah sejumlah tips yang kiranya bisa menolong ketika melakukan pembicaraan dengan penderita:

  • Bersabarlah dan jangan stres untuk mendengarkan mereka bicara dan beri waktu kepada mereka.
  • Jangan sekali-kali memburu-buru mereka saat mereka bicara.
  • Jangan memotong pembicaraan yang mereka lakukan.
  • Jangan mengoreksi kesalahan bicara yang mereka lakukan.
  • Jangan ragu untuk menatap mereka saat mereka tengah berbicara.
  • Beri tahukan saja pada mereka apabila Anda memang tak paham akan apa yang mereka bicarakan.
  • Pastikan untuk mengurangi suara-suara yang mengganggu Anda dalam pemahaman pembicaraan mereka.
  • Selalu sedia pena atau pensil serta kertas.
  • Selalu libatkan mereka dalam pembicaraan atau percakapan Anda supaya komunikasinya lebih intensif.
  • Tolong mereka dalam menyusun kata, kalimat dan sebagainya supaya komunikasi bisa lebih lancar.
  • Bicaralah secara normal karena penderita disartria selalu bisa memahami pembicaraan orang lain, hanya diri mereka sendirilah yang kesulitan untuk mengekspresikan diri melalui percakapan. Tak usah bicara secara cepat atau bahkan lebih lambat karena mereka sangat paham apa yang Anda ungkapkan.

Baca juga:

Itulah sedikit informasi tentang disartria, mulai dari penyebab hingga cara pengobatannya dan sedikit tips bagi penderita maupun keluarga penderita yang kiranya bisa membantu.

fbWhatsappTwitterLinkedIn